Kamis, 21 Februari 2013
respirasi
GANGGUAN RESPIRASI MANUSIA
Alat- alat pernapasan merupakan organ- organ tubuh yang sangat penting untuk difusi gas gas pernafasan.
Tentu karena merupakan sistem organ maka antar organ saling berpadu sinergis membentuk kesatuan keberlangsungan hidup yang baik.
Jika salah satu atau lebih organ terganggu karena penyakit atau kelainan maka proses sistem organ pernapasan akan terganggu, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sistem organ pernafasan ini melakukan tugas di tubuh
menyediakan materi oksigen untuk kegiatan respirasi sel seluruh tubuh .
membuang ekskret CO2 berupa racun dari sel seluruh tubuh ke luar sel hasil sisa oksidasi .
Dalam melakukan tugasnya sistem respirasi ini bekerja sama dengan sistem organ lain yaitu sistem transportasi .
Karena sering terjadi kejadian sistem respirasi pada manusia ini macet dan menimbulkan kematian maka perlu pemahaman masing specifikasi organ dalam membantu respirasi.
Berikut akan diuraikan beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia.
Influenza (Flu) ,Asma (Sesak napas) ,Tuberkulosis (TBC) ,Asfiksi
Influenza (Flu)
Penyakit yang disebabkan oleh virus influenza.
Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin- bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
Penyebabmya adalah virus
Virus ini selalu hanya bisa menembus saluran pernafasan atas saja , sehingga bisa disimpulkan saluran respirasi yang lebih dalam sangat resisten / immun terhadap virus ini.
Untuk membahas secara detail kami juga siapkan pemahaman Influensa ini di Blog store kami dengan mencari lewat searching di Blog ini dengan judul Influenza
Asma (Sesak napas)
Merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi terhadap rambut, bulu, debu, atau tekanan psikologis.
Asma bersifat menurun.
Untuk membahas secara detail kami juga siapkan pemahaman Influensa ini di Blog store kami dengan mencari lewat searching di Blog ini dengan judul Asma
Tuberkulosis (TBC)
Penyakit paru- paru yang diakibatkan serangan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Difusi oksigen akan terganggu karena adanya bintil- bintil atau peradangan pada dinding alveolus.
Jika bagian paru- paru yang diserang meluas, sel- selnya mati dan paru- paru mengecil.
Akibatnya napas penderita terengah- engah.
Asfiksi
Adalah gangguan pernapasan pada waktu pengangkutan oksigen Asfiksi adalah suatu kondisi / keadaan sulit mendapatkan oksigen Jadi Asfiksi adalah dampak dari faktor 2 yang menyebabkan oksigen tidak banyak di alveolus Tidak adanya oksigen ini karena suatu hal ntara lain tenggelam (akibatnya paru paru terisi air sehingga oksigen sulit berdifusi karena ada air di paru paru)pneumonia (akibatnya lendir dan cairan limfa) keracunan CO atau HCN gangguan sitokrom (enzim pernapasan).TBC karena alveolus menebal sehingga sulit terjadi difusi dll
Asidosis
Adalah kenaikan kadar asam karbonat dan asam bikarbonat dalam darah, sehingga pernapasan terganggu.
Difteri
Adalah penyumbatan pada rongga faring maupun laring oleh lendir yang dihasilkan oleh kuman difteri.
Emfisema
Adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya kemasukan udara.Penyakit ini bukan disebabkan kuman hanya karena bengkak paru mungkin karena pukulan dll
Pneumonia
Adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri pada alveolus yang menyebabkan terjadinya radang paru-paru.
Adenoid
Wajah adenoid (kesan wajah bodoh),
Disebabkan adanya penyempitan saluran napas karena pembengkakan kelenjar limfa atau polip, pembengkakan ditekak atau amandel.
Kanker paru-paru
Mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru. Kanker paru-paru dapat menjalar keseluruh tubuh. Kanker paru-paru sangat berhubungan dengan kebiasaan merokok (75% penderita adalah perokok).
Perokok pasif juga dapat terkena kanker paru-paru.
Penyebab lain adalah penderita menghirup debu asbes kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi.
Macam- macam peradangan pada system pernapasan manusia:
Rinitis, radang pada rongga hidung akibat infeksi oleh Virus, misalnya virus influenza. Rinitis juga dapat terjadi karena reaksi terhadap perubahan cuaca, serbuk sari, dan debu. Produksi lendir (ingus) meningkat.
Faringingitis, radang pada faring akibat infeksi oleh bakteri Streptococcus. Tenggorokan sakit dan tampak berwarna merah. Penderita hendaknya istirahat dan diberi antibiotic.
Laringitis, radang pada laring. Penderita serak atau kehilangan suara. Penyebabnya antara lain karena infeksi, terlalu banyak merokok, minum alcohol, atau banyak bicara.
Bronkitis, radang pada cabang batang tenggorokan akibat infeksi. Penderita mengalami demam, menghasilkan banyak lendir yang menyumbat batang tenggorokan sehingga penderita sesak napas.
Sinusitis, radang pada sinus. Sinus letaknya di daerah pipi di kiri dan kanan batang hidung, biasanya di dalam sinus terkumpul nanah yang harus dibuang melalui operasi.
SECARA DETAIL GANGGUANNYA SEBAGAI BERIKUT
Sistem peredaran oksigen yang diperlukan oleh tubuh manusia bisa mengalami gangguan atau kelainan disertai penjelasan pengertian atau definisi singkat yaitu seperti :
1. Kelainan/Gangguan/Penyakit Saluran Pernapasan
a. Penyempitan saluran pernafasan akibat asma atau bronkitis. Bronkis disebabkan oleh bronkus yang dikelilingi lendir cairan peradangan sedangkan asma adalah penyempitan saluran pernapasan akibat otot polos pada saluran pernapasan mengalami kontraksi yang mengganggu jalan napas.atau
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
PENYEBAB
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan (terutama) organisme yang menyerupai bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia).
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-paru dan saluran pernafasan menahun.
Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
Sinusitis kronis,Bronkiektasis,Alergi,Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak,Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh Berbagai jenis debu Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromine Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida Tembakau dan rokok lainnya.
GEJALA
Gejalanya berupa:
batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan) sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringann sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu) bengek lelah embengkakanpergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan pipi tampak kemerahan sakit kepala gangguan penglihatan. Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah, menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau. Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu.Sesak nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah batuk.Bisa terjadi pneumonia.
DIAGNOSA
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau bunyi pernafasan yang abnormal.Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: Tes fungsi paru-paru Gas darah arteri Rontgen dada.
PENGOBATAN
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan cetaminophen.Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik. Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan penggantian antibiotik.
b. Sinusitis, adalah radang pada rongga hidung bagian atas.
c. Renitis, adalah gangguan radang pada hidung.
d. Pembengkakan kelenjar limfe pada sekitar tekak dan hidung yang mempersempit jalan nafas. Penderita umumnya lebih suka menggunakan mulut untuk bernapas.
e. Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus paru-paru atau disebut pleura.
Pneumonia / Pnemonia
Adalah suatu infeksi bakteri diplococcus pneumonia yang menyebabkan peradangan pada dinding alveolus.Terjadinya pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa disebut bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.
Pnemonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga Pnemonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pnemonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.
Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia.
Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam dua kelompok usia: usia dibawah dua bulan (Pnemonia Berat dan bukan Pnemonia) dan usia dua bulan sampai kurang dari lima tahun (dua bulan -Pnemonia, Pnemonia berat dan bukan Pnemonia). Klasifikasi bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini.
Diagnosis etiologi Pnemonia pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar diperoleh. Sedangkan prosedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pnemonia. Hanya biakan spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan untuk membantu menegakkan diagnosis etiologi pnemonia. Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan dan menentukan jenis bakteri penyebab pnemonia pada balita, namun disisi lain dianggap prosedur yang berbahaya dan bertentangan dengan etika –terutama jika semata untuk tujuan penelitian-. Dengan pertimbangan tersebut, diagnosa bakteri penyebab pnemonia bagi balita di Indonesia mendasarkan pada hasil penelitian asing (melalui publikasi WHO), bahwa Streptococcus, Pnemonia dan Hemophylus influenzae merupakan bakteri yang selalu ditemukan pada penelitian etiologi di negara berkembang. Di negara maju pnemonia pada balita disebabkan oleh virus. Jelas, umur di bawah dua bulan rentan terhadap serangan Pnemonia dengan faktor resiko, seperti: berjenis kelamin laki-laki, gizi kurang, berat badan saat lahir rendah, tidak mendapat ASI memadai, polusi udara, tempat tinggal padat, imunisasi yang tidak memadai, dan defisiensi vitamin A. Sementara itu, faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia adalah umur di bawah dua bulan, rendahnya tingkat sosio ekonomi, kurang gizi, rendahnya berat badan saat lahir, rendahnya tingkat pendidikan ibu, rendahnya tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan, padatnya tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai dan menderita penyakit kronis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar